Postingan

GAMELAN Bagian 2

Gambar
Penyesuaian dan konstruksi gamelan orkestra adalah proses yang kompleks. Gamelan Jawa menggunakan dua sistem tuning: sléndro dan pélog. Ada sistem tuning lain seperti degung (eksklusif untuk Sunda, atau Jawa Barat), dan madenda (juga dikenal sebagai diatonis, mirip dengan skala minor natural Eropa). Dalam gamelan Jawa Tengah, sléndro adalah sebuah sistem dengan lima catatan ke oktaf, dengan interval yang besar, sementara pélog memiliki tujuh nada pada oktaf, dengan interval yang tidak rata, biasanya dimainkan dalam lima nada himpunan bagian dari koleksi tujuh nada. Gamelan lengkap akan mencakup seperangkat instrumen dalam setiap tuning, dan secara klasik hanya satu tuning yang digunakan pada satu waktu. Penyetelan yang tepat digunakan berbeda dari ansambel sampai ansambel, dan memberi masing masing aneka rasa tersendiri. Satu set instrumen gamelan akan disetel ke set notes yang sama, namun tuningnya akan bervariasi dari satu gamelan ke yang berikutnya, termasuk variasi dalam

NOTASI

Gambar
Musik gamelan secara tradisional tidak diberi notasi dan dimulai sebagai tradisi lisan. Pada abad ke-19, kraton (istana) Yogyakarta dan Surakarta mengembangkan notasi yang berbeda untuk menuliskan repertoar. Ini tidak digunakan untuk membaca musik, yang diingat, tapi untuk menyimpan potongan di catatan pengadilan. Notasi Yogyan adalah notifikasi kotak-kotak, yang menggunakan enam atau tujuh garis vertikal untuk mewakili nada nada yang lebih tinggi di balungan (kerangka melodi), dan garis horizontal yang mewakili deretan ketukan, baca ke bawah dengan waktu. Garis vertikal keempat dan setiap garis horizontal keempat (menyelesaikan gatra) digelapkan untuk keterbacaan. Simbol di sebelah kiri menunjukkan struktur gumpalan colotomik atau metrik dan sebagainya, sementara fitur drum tertentu dilambangkan dengan simbol ke kanan. Notasi bahasa Solon dibaca secara horisontal, seperti notasi Barat, namun tidak menggunakan teka-teki. Sebagai gantinya, perhatikan nilai dan letaknya tergelinci

KONTEKS BUDAYA

Gambar
Di Indonesia, gamelan sering menemani tarian, pertunjukan wayang wayang, atau ritual dan upacara. Biasanya pemain dalam gamelan akan terbiasa dengan gerakan dansa tarian, sementara penari dapat bermain di ansambel. Di wayang, dalang (dalang) harus memiliki pengetahuan gamelan yang saksama, karena ia memberi isyarat untuk musik. Gamelan dapat dilakukan dengan sendirinya - dalam gaya "klenengan", atau untuk siaran radio - dan presentasi konser umum terjadi di konservatori seni nasional yang didirikan pada pertengahan abad 20.  Peran Gamelan dalam ritual sangat penting sehingga ada ucapan Jawa, "Ini tidak resmi sampai gong digantung." Beberapa pertunjukan dikaitkan dengan royalti, seperti kunjungan sultan Yogyakarta. Gamelan tertentu dikaitkan dengan ritual tertentu, seperti Gamelan Sekaten, yang digunakan untuk perayaan Mawlid an-Nabi (ulang tahun Muhammad). Di Bali, hampir semua ritual keagamaan meliputi pertunjukan gamelan. Gamelan juga digunakan dalam

GAMELAN

Gambar
Gamelan ini telah diapresiasi oleh beberapa komponis musik klasik dari komponis barat, Claude Debussy yang paling terkenal yang mendengar gamelan Jawa dalam pemutaran perdana Louis-Albert Bourgault-Ducoudray's Rhapsodie Cambodgienne di Pameran Paris 1889 (Pameran Dunia). Karya tersebut telah ditulis tujuh tahun sebelumnya pada tahun 1882, namun menerima pemutaran perdana hanya pada tahun 1889. Gamelan yang Debussy dengar di dalamnya berada dalam skala slendro dan dimainkan oleh musisi Jawa Tengah. Meskipun antusiasme, kutipan langsung dari gamelan, melodi, ritme, atau tekstur ensemble belum ditemukan dalam komposisi Debussy sendiri. Namun, keseluruhan skala nada yang sama-marah muncul dalam musiknya saat ini dan kemudian, dan tekstur heterophonic seperti gamelan ditiru pada kesempatan, terutama di "Pagodes", dari Estampes (piano solo, 1903), di mana tanda baca siklik gong besar itu disimbolkan oleh kelima sempurna yang menonjol.   Komposer Erik S

KARAWITAN Bagian 3

Gambar
JENIS PERALATAN GAMELAN Jika ditinjau dari sumber bunyi, pada umumnya peralatan (ricikan) gamelan terdiri dari bermacam-macam jenis. Pada umumnya gamelan terdiri dari alat musik pukul, yaitu : bonang barung, bonang, penerus, slenthem, demung, saron, peking, gender barung, gender, penerus, gambang, kempul/ gong, kenong dan kendang. Tetapi ada juga jenis alat musik lain, misalnya : alat musik tiup (suling), alat musik gesek (rebab), alat musik petik (siter). ETIKA KARAWITAN Karawitan merupakan seni musik yang adi luhung. Dapat disajikan dalam nuansa gembira, sedih, jenaka, marah, bahkan dapat disajikan secara khusus pada acara sakral dalam kegiatan ritual. Oleh karena itu penampilan dalam penyajian Karawitan perlu diperhatikan pula etika dan tata krama yang berlaku. Pada penyajian karawitan, para penabuh tidak dibenarkan menabuh sesuka hati, tanpa metoda maupun posisi menabuh yang tidak semestnya. Pada penyajian Karawitan, para penabuh harus berpedoman pada metode Ka

VARIETAS

Gambar
Varietas gamelan dibedakan dengan koleksi instrumen dan penggunaan suara, tempelan, repertoar, gaya, dan konteks budaya. Secara umum, tidak ada dua ansambel gamelan yang sama, dan yang muncul di pengadilan bergengsi sering dianggap memiliki gaya dan tuning masing-masing. Gaya tertentu juga dapat dibagi oleh ansambel terdekat, yang mengarah ke gaya regional. Varietas umumnya dikelompokkan secara geografis, dengan pembagian utama antara gaya yang disukai masyarakat Bali, Jawa, dan Sunda. Orang Madura juga memiliki gaya gamelan mereka sendiri, meski tidak lagi digunakan, dan orkestra terakhir disimpan di istana Sumenep. [12] Salah satu gaya gamelan Sunda yang penting adalah Gamelan Degung, yang menggunakan seperangkat alat gamelan dengan mode pelog tertentu. Gamelan Bali sering dikaitkan dengan kehebatan dan cepatnya perubahan tempo dan dinamika gamelan gong kebyar, gaya yang paling terkenal. Gaya populer Bali lainnya termasuk Kecak, tarian teater dan bentuk musik yang juga

INSTRUMEN

Gambar
Instruments Bonang Gendér Gong Kendang Kenong/Kethuk Peking Saron Slenthem